(Refleksi 2023) Mana Baiknya Allah Saja

Selamat jalan waktu yang sudah banyak berlalu di 2023. Cerita-cerita yang paling berharga dan penuh dengan pembelajaran. Menguatkan, menguji iman, kebahagiaan, pertemuan, dan kesedihan mendalam karena kehilangan.

2023 merupakan tahun yang paling akan saya ingat sepanjang hidup. Ada satu buku diary berwarna merah, di dalamnya ada satu cerita yang paling berharga. Rutin saya tulis setiap waktu, dari bulan Februari hingga 12 Agustus. Satu cerita lengkap, pengalaman pertama, dan sebuah kebahagian yang akhirnya harus selesai sampai di sana dengan begitu saja.

Ada suatu malam, akhir-akhir ini, saya ingin melihat resolusi di tahun sebelumnya di dalam buku itu. Tidak sengaja saya membuka satu halaman terakhir yang membuat saya overthinking sepanjang malam. Sulit memejamkan mata.

Hem.

Dulu, saya tidak percaya mengapa seseorang bisa patah hati begitu mendalam. Tidak percaya seseorang bisa merasa kehilangan teramat besar hingga tidak memiliki nafsu makan dan kesehatan menurun. Dari yang periang menjadi tidak punya tujuan hidup.

Dulu, saya skeptis dan meragukan mengapa seseorang bisa begitu mudah mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Masalah besar apa yang gagal mereka tanggung sendiri? Hingga mendahului Tuhan dan memilih menyerah dengan masalah tersebut.

Itu dulu.

2023 ini saya mengalaminya sendiri. Namun, ada satu hal yang masih tersisa. Sejatuh-jatuhnya mental saya, pedihnya hati, runtuh di sana-sini, saya masih takut dengan kematian. Saya belum sanggup pulang dengan amal ibadah yang hanya sedikit ini.

Akhir-akhir ini pun betapa banyak peristiwa bunuh diri mewarnai sosial media kita. Saat membaca itu, saya pun tertegun. Tidak berkomentar apa-apa apalagi men-judge seperti dulu.

Saya pun sadar, dibalik kesedihan mendalam itu, Allah masih sedia hadir di sudut hati saya. Benarlah, iman dan keyakinan dengan Allah, secara tidak langsung menguatkan kita. Dengan berdzikir, setidaknya bisa menahan sedih kita agar tidak terlalu dalam. Meski setelah itu, sesuatu yang nyes di hati kembali datang. Sesuatu yang kosong dan hampa kerap hadir dan memberikan bayang-bayang.

Kita tidak bisa menjamin dan berdoa agar dijauhkan dari segala masalah. Sebab, Allah sudah berkata dari masalahlah iman manusia akan diuji. Jadi, saya memohon dengan-Nya, sebesar apapun masalah, tolong hadir di setiap waktu. Karena dengan Allah-lah, hari yang berat, hati yang tidak kuat, akan bisa tertolong.

Jujurly, saya tidak tahu mengapa, ada rasa deg-degan untuk menjalani 2024 ini. Pun ada rasa penasaran, cerita apalagi yang akan Allah suguhkan. Bakal ada banyak rintangan seperti di 2023 atau malah ada banyak hal bahagia seperti yang diharapkan.

Tapi, sama seperti harapan kita semua, saya berharap 2024 akan menjadi tahun yang lebih baik dari sebelumnya. Tetap menuliskan resolusi dan perencanaan lainnya.

–Perihal Impian

Setelah pulang dari Kelas Salaam Summit, ada semacam harapan dan doa paling dalam.

“Kira-kira masih punya kesempatan kuliah lagi tidak ya?”

“Kira-kira udah seusia ini masih ada kesempatan untuk mengembangkan diri lagi tidak ya?”

Saya mengalami di mana saya sedang meragukan apa yang sedang saya jalani saat ini. Disaat banyak orang memiliki pekerjaan dan tetap bisa mengembangkan dirinya dengan baik, sedangkan saya belum bisa menggapai itu karena beberapa hal.

Saya mengalami semacam kapan bisa merasakan wisuda dengan sakral karena mengingat saat saya lulus kuliah itu bertepatan dengan datangnya pandemi Covid-19.

Pun saya mengalami semacam rasa cemburu saat ada banyak teman telah selesai S2/S3 nya, bisa mengikuti PPG dan semacamnya. Sedangkan saya hanya bisa jalan di tempat.

Dua minggu liburan sekolah akhir Desember ini, menjadi momen saya untuk merenung dan merencanakan sesuatu. Tapi, saya tidak berharap banyak apa yang ingin saya capai. Saya ingin menjalani 2024 dengan tidak terlalu mengebu-gebu. Tapi, ada satu hal yang ingin digapai. Atau tepatnya, ingin dicoba untuk dipelajari selama satu tahun ini. Kemudian, 2025 saya akan melihat apakah ada bayang-bayang lebih jelas tentang impian saya dan kemana arah tujuan saya dalam pendidikan dan pekerjaan.

Tapi, saya menyadari, rasa lelah selepas pulang bekerja membuat saya tumbang selepas Isya. Tidak punya tenaga lagi untuk belajar atau mengembangkan diri otodidak di malam hari. Begitupun, habit yang ingin di bangun gagal berantakan karena rasa lelah. Entahlah, di tahun 2024. Akan sama seperti ini atau ada tekad yang lebih kuat untuk membuat saya istiqomah.

–Perihal Pertemanan

Seiring waktu, circle pertemanan semakin menyempit. Teman yang masih dibersamakan bisa dihitung jari. Pun teman lama yang masih terhubung apalagi. Begitulah, teman sejati itu diri kita sendiri.

Beberapa teman sudah sibuk dengan kehidupan barunya. Ada yang telah menikah, pergi merantau, dan lainnya. Tapi, kebanyakan telah menikah. Secara tidak langsung, teman yang telah menikah dan kita yang masih singelillah (seperti saya) akan ada sesuatu yang berbeda. Baik waktu bersama maupun dari segi obrolan. Hem. Tapi, sebenarnya ini bukan sebuah kendala sih untuk tetap nyambung dan sefrekuensi. Hanya saja waktu memang menjadi hal yang berbeda. Karena prioritas bukan lagi teman tapi pasangan. Hihihi.

Saya ingat sebuah perkataan dari seorang teman, Uni Dwi namanya.

“Yun, teman yang sebenar-benarnya itu ya pasangan hidup.”

Dari segi pertemanan, saya kerap merefleksikan diri. Karena ada masa di mana, apa yang diharapkan kerap membuat saya merasa kecewa. Di sana saya menyadari, di mana letak kesalahan saya. Baik dari segi memahami pertemanan, siapa yang harus lebih memahami. Lalu, saat saya masuk ke circle sebuah pertemanan, apakah saya bisa tetap menjadi diri sendiri?

Juga, terkadang, saya merasa lebih nyaman ke mana-mana sendiri. Tapi, di bagian lain, saya lebih nyaman bersama teman-teman. Memang memahami diri sendiri itu butuh waktu yang panjang. Saya sangat berterima kasih dengan teman-teman yang telah menyayangi saya dengan tulus. Sudi menerima segala sifat aneh dan kekurangan saya. Saya yang kadang memang mudah moodyan soal waktu.

Salah satu kenikmatan berteman adalah, jika seorang teman bisa membawa energi baik untuk kita. Apalagi menjadi support system dari segi apapun. Teman bermimpi, teman bertukar pendapat, bahkan teman beribadah.

— Pasangan

Wkwkw

Ini pembahasan yang sekarang sulit untuk dibahas. Hihihi. 2024 besok saya tidak tahu jodoh akan didekatkan atau belum sama sekali. Untuk soal pasangan saya angkat tangan dan menyerahkan sepenuhnya dengan Allah.

Bukan perihal mati rasa karena pernah kecewa tentang ini, tapi lebih ke;

“Mana baiknya Allah saja.”

Semoga Allah mempertemukan saya dengan sebenar-benarnya jodoh saya. Bukan lagi tentang come and go. Bukan yang datang hanya singgah dan penasaran belaka. Please. Yang dihadapi ini manusia punya hati. Jadi, mohon jangan main-main. (Wkwkw). Seorang partner hidup yang menjadi support system dalam membangun hidup bersama dunia dan akhirat.

Sebuah aamiin yang paling mendalam.

Juga menikah bukan perihal siapa yang paling duluan. Tapi, tentang kesabaran menunggu sampai dipertemukan. Memang sih, saat teman-teman kita semua telah menemukan jodohnya, di sana saya berpikir kira-kira siapa jodoh saya ya. Tapi, mana mungkin juga jodoh datang secepat kilat turun dari langit. Semua butuh proses dan kehati-hatian. Hem.

–Media Sosial dan Blog

Ada rasa lelah dan jenuh saat melihat sosial media akhir-akhir ini. Postingan teman-teman yang lulus P3K, menikah, wisuda, dan sebagainya membuat saya menjadi tidak berarti. Huft.

Lemah sekali Yunita ini ya.

Semakin banyak saya membaca quotes patah hati, semakin sulit saya melepas diri dari bayang-bayang masa lalu. Oleh karena itu, saya ingin mencoba untuk puasa instagram. Hem. Kira-kira bisa tidak ya?

Semoga bisa. Dimulai dari 2024 besok. Sebenarnya dari dua minggu yang lalu sudah mulai mengurangi membuka instagram @yuniitaaa98. Semoga awal tahun besok lebih istiqomah. Lebih privat. No update-update story. Simpan saja poto terbaik di memori HP.

Juga saya berharap segala cerita yang ingin segera ditulis, tidak lagi saya posting di story instagram. Tapi, lebih ke blog Ruang Bercerita saja dan membagikan segala potret-potretnya di sini. Ruang aman untuk bercerita apa saja.

–Harapan

moodbooster senin-jumat

Semoga 2024 menjadi tahun yang lebih menyenangkan, banyak cerita, banyak dipertemukan teman-teman baru yang membawa kebaikan. Serta, orang tua yang sehat dan bahagia. Pun, semoga doa ibu untuk saya Allah perkenankan di 2024.

Semoga dijauhkan dari orang-orang yang zalim, penuh dengki, dan tidak menyukai kita. Pun, semoga saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Tetap stay privat untuk kehidupan pribadi. Semoga.

Akhir cerita,

Semoga kegagalan di 2023 akan menjadi sebuah keberhasilan di 2024. Segala pertanyaan yang belum terjawab di 2023, Allah beri jawabannya di 2024.

2023 bener-bener ngasih tahu kalau tugas kita sebagai manusia adalah bertahan. Mau gimana pun takdirnya dijalani aja. Dibisa-bisain dan dikuat-kuatin.

Instagram//dnquote

[]