Jalur Langit

Pernah ada di momen, bahwa tidak ada yang bisa diandalkan selain Allah. Sama sekali tidak punya apa-apa, selain semuanya titipan Allah. Yang sewaktu-waktu Ia ambil lagi dari dalam pelukan.

Pernah ada di momen, bahwa saat kita dilahirkan ke dunia, orang tua hanya titipan Allah. Ada saat kita harus tetap berdiri, kuat, tanpa ada bantuan. Selain pertolongan Allah.

Pernah ada di momen, bahwa rebahan dan mudah terlelap untuk tidur adalah hal yang paling disyukuri. Di saat ingin tidur, tapi pikiran berputar-putar entah kemana. Mata enggan terpejam, sedang detak jantung mengalahkan putaran jam di tengah malam.

Pernah ada di momen, bahwa punya nafsu makan adalah hal yang paling disyukuri. Di saat kita sama sekali tidak mau makan hingga 12 jam lebih lamanya. Hanya masalah yang berat, sesuap nasi luput dari tubuh yang memiliki hak untuk tetap sehat.

Pernah ada di momen, di sudut kamar yang paling nyaman untuk bersandar, di hari-hari yang gelap tanpa harapan. Di sisa-sisa suara yang masih tersisa. Ada satu kalimat, di mana Allah terasa lebih dekat dari urat nadi kita. “Jika masih ada kesempatan sekali lagi, bolehkah berharap lebih?”

Lalu, entah dari mana perencanaan-Nya, Allah menyelipkan satu kalimat dari manusia baik pilihan-Nya. “Yang menguatkan kita hanyalah iman kepada Allah.”

Allah perintahkan untuk melepaskan apa yang memang menjadi titipan. Allah uji berapa besar kadar kepasrahan. Keikhlasan. Ketabahan. Juga kesabaran. Lalu, Allah kembalikan titipan-Nya lagi. Ditambah dengan pertemuan dan kedekatan dengan manusia-manusia baik yang memberi pembelajaran.

Benarlah, yang memang menjadi takdir tidak akan pernah melewatkan kita. Pun segala yang dijalani selalu ada campur tangan Allah. Mana yang memberi kebahagiaan. Mana yang hanya sebatas pengalaman. Juga bagian mana  yang hanya menjadi selingan. Agar hidup yang rumit ini tidak harus dijalani dengan satu arah. Satu cerita. Atau satu orang yang sama.

“Tidaklah mungkin matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar menurut garis edarnya.” [36:40]

Selamat merayakan hari keikhlasan dan pertambahan usia. Di Idul Adha. Bulan dua nabi mulia.

Tinggalkan komentar