Suatu Hari Nanti

Jika suatu hari nanti, aku dapat bertemu dengan dirimu lagi. Lebih dekat, hingga bisa menatap kacamata di wajahmu, aku ingin mengulang kenangan yang makin membiru.

Masa-masa terpaku, tanpa suara, mengalihkan wajah, seakan-akan aku dan kamu adalah orang asing di tengah keramaian. Tidak pernah saling kenal. Saat bertemu hanya mematung, hanya ada gurat mata yang menembus perasaan kita.

Jika suatu hari nanti, ada kesempatan memihakku. Ada harapan yang boleh kurengguh. Aku ingin sekali bercerita padamu. Tentang lembaran catatan harian sepuluh tahun lalu. Namamu berserakan di dalam. Tak berurut, tak pernah tersentuh, tak ada defenisi jelas bagaimana aku bisa berani menulis dua kata dari namamu.

Tapi, apakah keinginan itu lekas menjadi nyata? Apakah ada ruang kosong untuk kita duduk bersama?

(Ditunggu lima tahun lagi. Kabar baik yang bisa kudengar dari kakak berkacamata.)

***

Nb:
Seharusnya kita bisa berteman dekat. Banyak bercerita dan berbagi. Bukan asing-asingan kemudian menundukkan kepala.

11 pemikiran pada “Suatu Hari Nanti

Tinggalkan komentar